-Jual Eceran dan Grosir, Cp; 081219443460 (Nehrun Optimis)-

Sabtu, 23 Februari 2013

فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ

madu putih bima sumbawa
Ibnu Abbas ra meriwayatkan Hadits marfu’ yang menyatakan, “Kesembuhan itu terdapat pada tiga hal, ‘sayatan alat bekam, minuman minum madu, atau sengatan besi panas.’ Tapi aku melarang umatku memakai besi panas untuk terapi.” (HR. Bukhari).

Dalam kitab Thibb, Ibnu Muflih menegaskan maksud dari hadits di atas bahwasannya sebagian kalangan menyatakan, “Jika penyakitnya memiliki karakter panas, kita dapat mengobatinya dengan cara menyedot darah keluar, karena tindakan ini dapat menguras materi darah dan mendinginkan kondisi tubuh.”

Dilanjutkan, “Dan jika penyakitnya memiliki karakter dingin, kita dapat mengobatinya dengan cara menghangatkan badan, dan khasiat ini ada di dalam madu. Setelah itu apabila ia memerlukan pengurasan materi yang dingin, maka dapat dilakukan dengan memberikan madu lagi. Madu dapat melakukan tugas ini karena ia mengandung zat pematang, penghancur, pembersih dan pelunak. Dengan demikian materi tersebut dapat dikuras secara perlahan dan aman dari bahaya yang bisa ditimbulkan oleh obat-obat pencahar yang keras.”

Ringkasnya Ibnu Muflih menyimpulkan bahwasannya hadits di atas berisi penjelasan tentang metode pengobatan terhadap segala jenis penyakit material. Baik yang memiliki karakter panas, dingin, lembab, kering, maupun gabungan dari itu.

Ditambahkannya pula bahwa madu bermanfaat bagi pengidap masalah lendir atau dahak dan orang-orang yang memiliki kondisi tubuh yang dingin dan lembab.

Pendapat Ibnu Muflih juga dikuatkan dengan penjelasan Abu Abdillah Al-Mazari. Beliau rahimahullah menjelaskan bahwa penyakit karena penyumbatan ada empat jenis. Kondisi plethoric (zat berlebih) tersebut salah satunya bersifat sanguin (darah), empedu kuning, lendir, dan melankolik.

Pengobatan jenis yang menyerang darah adalah dengan mengeluarkan darah yang menyumbat. Jika kelebihan materi berasal dari ketiga tipe lainnya, pengobatannya adalah dengan melunakkan tinja sebagaimana yang diperlukan bagi setiap penyakit tersebut. Dengan menyebut madu, seolah-oleh Nabi SAW hendak mengisyaratkannya (madu) sebagai obat pencahar.

Dari Abi Said RA:

أَنَّ رَجُلًا أًتَى رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: إِنََّ أَخِي اسْتُطْلِقَ بَطْنُهُ، فَقَالَ: اسْقِهِ عَسَلًا، فَذَهَبَ أَخُوْهُ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ سَقَيْتُهُ فَلَمْ يَنْجَحْ وَعَادَ مَرَّتَيْنِ، فَقَالَ فِي الثَّالِثَةِ أَوِ الرَّابِعَةِ  صَدَقَ اللهُ وَكَذَبَ بَطْنُ أَخِيْكَ، ثُمَّ سَقَاهُ فَبَرَأَ. رواه خ وم.

“Sesungguhnya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW ia berkata, sesungguhnya saudaraku sakit perutnya, beliau bersabda, berilah ia minum madu, lalu saudaranya pergi kemudian kembali lalu ia berkata, aku telah memberi minumnya tetapi belum berhasil dan ia kembali dua kali, lalu beliau bersabda pada yang ketiga atau keempat Allah  Maha Benar dan perut saudaramu berdusta, kemudian ia memberi minumnya lalu ia sembuh.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dan dalam riwayat Muslim:

إِنَّ أَخِي عَرِبَ بَطْنُهُ

“Sesungguhnya saudaraku tidak sehat perutnya.”

Dalam kitab Thibbun Nabawi yang bersandar kepada Imam Adz-dzahabi, hadits di atas ditafsirkan sebagai berikut:

Maksudnya pencernaannya rusak dan lambungnya sakit, dan kata kerja ‘Ariba seperti Dariba (عرب dan درب). Perkataan “perut saudaramu berdusta” menunjukkan bahwa meminumnya tidak cukup sekali atau dua kali, dan laki-laki itu diarenya karena sebab kurang baik pencernaannya, lalu Nabi SAW menyuruh minum madu, sedangkan madu dapat mendorong kotoran yang berkumpul di lambung dan usus.

Aspek lainya ialah diare mirip dengan kelembaban yang bergerak dalam usus tidak dapat menahan berat dan sakit ini dinamai lemahnya usus. Madu dapat menghilangkan kelembaban, ketika madu mulai membersihkan kelembaban itu maka madu menurunkanya lalu sembuh. Karena itu ia banyak diare (mencret) pada kali pertama dan kedua, dan ini sebaik-baiknya obat apalagi jika madu dicampur dengan air hangat.

Penulis Thibbun Nabawi tersebut kemudian mengungkapkan, “Saya berpendapat, para tabib telah bersepakat atas hal ini, karena itu mereka mengatakan, jika tabiat diare seperti ini (akibat penumpukan lendir-red.) maka seperti ini (hadits di atas-red.) pertolongannya.”

فِيْهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ

“…Didalamnya terdapat obat bagi manusia.” (An-Nahl : 69).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar